Bukan Tentang "Mancari"


This tweet deserves a space on my blog

tweeted by @ntsana_

Tweet diatas sama persis seperti apa yang pernah saya katakan pada seseorang di beberapa waktu yang lalu. Mungkin hanya diksinya aja yang berbeda, intinya sama.

Mungkin kita punya list dari A sampai Z untuk melengkapi kriteria kita. Mungkin yang kita mau yang begini yang begitu. Tapi kita lupa, bahwa gak akan ada seseorang yang benar2 punya semua itu. Pasti ada aja kurangnya. Pasti ada aja cacatnya. Mungkin dia kurang di huruf C, D, dan E tapi bisa jadi dia lebih di huruf-huruf yang lain. Tapi, ketimbang untuk bertahan, dia lebih memilih untuk pergi dan mencari, lagi. Disaat dia menemukan kembali seseorang yang bisa menutupi kekurangan di C, D, dan E, bisa jadi juga orang itu lemah di F, G, dan H. Akan selalu seperti itu. Mau sampe kapan mencari? Gak akan ada yang sempurna dan "fit in" di diri kita 100%. Allah memang sudah ciptakan kita begitu adanya. Lebih dan kurangnya seseorang itu pasti.

Dan disaat orang itu bilang "bukan kamu, tapi dia yang aku cari". Sebenernya yang kaya apa sih yang kita cari? Mau yang kaya gimana lagi? Semakin dewasa saya jadi semakin mengerti. Pertanyaan-pertanyaan cliché akhirnya terjawab sendiri oleh saya.

Tenyata bukan selalu tentang apa yang kita 'cari' disaat rasa puas itu belum terpenuhi, tapi tentang bagaimana kita bersyukur atas apa yang pernah kita miliki.

Seharusnya, sesimple itu kita bisa memaknai. Tapi balik lagi, rasa kurang puas didiri manusia selalu membuat kita lupa untuk bersyukur.

Sesempurna sempurnanya puzzle, pasti masih akan terlihat puzzle. Pasti masih terlihat juga garis-garis penyambungnya. Gak akan bisa sama kaya contoh fotonya yang tanpa garis-garis. Tapi balik lagi, bukan tentang garis-garis penyambung di puzzlenya, tapi tentang bagaimana puzzle itu menyatu karena serpihan-serpihan potongannya.

Benar kata Bung Fiersa. Yang menerima karena mencari lebihnya kita itu banyak. Tapi yang mau bertahan dan tetap berjuang saat sudah tau kekurangan kita itu sedikit.

Dan buat kamu,

Terimakasih ya, karena kamu saya jadi belajar banyak hal. Karena kamu saya jadi tau orang yang benar-benar tulus tanpa harus selalu menyebutkan kekurangan pasangannya itu seperti apa. Haha.. sayangnya, orang tulus itu bukan kamu. Karena kamu, saya juga jadi bisa memaknai arti pergi, mencari, dan bersyukur atas apa yang pernah saya miliki. Tidak bermaksud untuk menjatuhkan, tapi kamu pun punya kekurangan, bukan? Walaupun mungkin kurang nyaman, tapi lagi-lagi hati selalu menerima semua kekurangan. Cuma itu tulus yang bisa saya kasih. Maaf jika memang belum memenuhi.

Terimakasih sudah memilih untuk pergi. Karena pada akhirnya saya tidak harus tetap tinggal untuk sesuatu yang tanggal.

Comments